Senin, 14 Februari 2022

Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Proofreading Sebelum Menerbitkan Buku




Resume ke-13

"Jika kamu tidak dapat menjelaskan sesuatu dengan sederhana, kamu tidak cukup memahaminya*"- Albert Einstein.

Pertemuan demi pertemuan telah terlewati dan tidak terasa ternyata kita sudah berada pada pertemuan yang ke-13 saja. 

Materi pada pertemuan kali ini adalah tentang Proofreading Sebelum Menerbitkan Buku.

Sebelum masuk materi inti, terlebih dahulu kita mengenal narasumber dan moderator kita pada pertemuan kali ini yaitu bapak Susanto, S.Pd.  dan Pak Muliadi, S.Pd, M.Pd.

Pak Susanto, S.Pd yang lebih akrab dipanggil pak D ini adalah peserta kelas Omjay Gelombang 15. Menulis blog pada tahun 2009, namun benar-benar 'ngeblog' sejak pandemi Covid-19. 

Pendidikan beliau adalah S1 PGSD BI(2017) di Universitas Terbuka UPBJJ Palembang  dan S1 PBSI (2016) di STKIP PGRI Lubuklinggau. Ada pun keahlian pak D yaitu Penulis, kurator konten, dan editor.

Sedangkan pak moderator kita yaitu pak Muliadi, S.Pd, M.Pd. Kalau beliau sendiri adalah senior saya di SMK Negeri 1 Tolitoli, kami sama-sama guru matematika. Beliau juga adalah seorang penulis.

Well, kita langsung ke materi yaitu tentang Proofreading Sebelum Menerbitkan Buku.


Apa itu Proofreading?


Proofreading disebut uji-baca, yaitu membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Jadi, dengan melakukan proofreading, kesalahan dapat diminimalkan. Ada pun kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata.


Lalu, apa perbedaan antara Proofreading dan editing?


Meski keduanya sama-sama memeriksa, mengoreksi, dan membenarkan suatu tulisan, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang sangat besar. Editing itu sendiri lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan. Jadi, proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.


Apa Tugas Seorang Proofreader?


Nah, Tugas seorang proofreader di sini bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan itu bisa diterima logika dan dapat dipahami pembaca nantinya.

 

Maka seorang proofreader harus bisa genali hal-hal berikut ini:


1. Apakah sebuah kalimat efektif atau tidak

2. Susunannya sudah tepat atau belum

3. Substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak


Jadi tugas seorang proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya.


Mengapa harus melakukan proofreading?


Proofreading adalah tahapan yang penting, apa lagi jika berniat menertibkan karya tulis itu kepada public dan tentu saja termasuk dalam tulisan di blog.


Salah satu caranya mintalah seseorang untuk membaca karya tulis kita, lalu mengoreksinya, dan pastikan si proofreader adalah orang-orang yang memang sudah tahu atau ahli dalam hal ini. Lalu, bagaimana jika si penulis sendiri yang melakukannya? Tentu saja bisa, akan tetapi pastikan tulisan itu telah selesai. Karena terkadang saat kita sedang menulis muncul keinginan untuk memperbaiki tulisan kita, takut tulisan itu jelek, tidak enak dibaca, banyak kesalahan, dan sebagainya. Sehingga sebelum tulisan itu belum jadi kita sudah melakukan proofreading dan terjebak untuk segera memperbaiki, lalu pada akhirnya tulisan itu tidak selesai-selesai.


Meskipun proofreading itu dilakukan oleh penulisnya sendiri, namun si penulis harus bersifat netral. Seorang proofreader akan menilai karya penulis secara objektif. Oleh karenanya, proofreader bertindaklah sebagai seorang “pembaca”. Apakah karya tulis kita sudah bisa dimengerti atau justru berbelit-belit?


Bagaimana agar bisa objektif?


Agar lebih objektif dalam menilai tulisan sendiri, maka yang harus dilakukan yaitu  terlebih dahulu endapkan beberapa jam atau beberapa hari.  Hal ini dilakukan agar membebaskan pikiran dari ide yang baru saja dituliskan . Selanjutkan memposisikan diri kita sebagai calon pembaca.


Ada pun langkah-langkah Proofreading: 


1. Merevisi draf awal teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan atau menghapus seluruh bagian.


2. Merevisi penggunaan bahasa: kata, frasa dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.


3. Memoles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat-kalimat yang ambigu.


4.  Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit, pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI, konsistensi nama dan ketentuannya, serta perhatikan judul bab dan penomorannya.


Selain itu, hindari kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya _typo_ atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata. Kemudian hindari memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya.


Demikian resume dari pemaparan materi yang luar biasa oleh Pak D. 


Segala sesuatu butuh proses, tak ada yang instan di dunia ini bahkan mie instan pun masih butuh proses hingga bisa dimakan. Maka teruslah berproses. Teruslah menulis, biarkan tulisanmu berproses hingga nanti menjadi tulisan yang enak dan layak untuk dibaca.__Marhani Kani


Salam literasi

Salam sukses


Tolitoli, 14 Februari 2022

Selasa, 08 Februari 2022

Yuk Belajar Mengaji!

 Yuk belajar membaca Al-Qur'an!



Tak terasa sebentar lagi tamu agung kita akan bertandang, semoga kita masih diberikan kesempatan untuk menyambutnya dan menjamunya. Siapakah tamu spesial itu? Tentu saja bulan Ramadhan. Nah, sebelum sang tamu agung tiba, yuk kita persiapkan diri kita. Salah satunya perbaiki bacaan Al-Qur'an  agar nanti kita bisa lancar membacanya. Karena satu huruf saja kita baca insyaAllah akan mendapatkan ganjaran pahala sepuluh kali lipat. MasyaAllah, kan?


Bagi yang sudah bisa membaca jangan berhenti untuk belajar, terus belajar. Bagi yang belum lancar atau belum bisa, jangan malu untuk belajar meski pun usia tak mudah lagi. Tak ada kata terlambat untuk belajar, bukan? Apa lagi masih muda. 


Saya ingat pengalaman saya dua tahun lalu, waktu itu saya baru hijrah ke Tolitoli, memang salah satu niat saya hijrah ke Tolitoli mau belajar lagi. Akhirnya saya mendaftar di salah satu rumah tahsin yang mengajarkan tahsin dan tajwid. Sebelum masuk program, bacaan saya diuji dan di luar dugaan ternyata bacaan saya sangat hancur.  Saya merasa malu pada diri sendiri. Sungguh saya pikir bacaan saya selama ini sudah benar, makharijul hurufnya sudah benar, tajwid sudah benar, astagfirullah PD banget diriku. Ya, soalnya sudah berguru ke sana kemari, guru-guru saya pun bukan orang sembarangan, saya bener-bener berguru pada ahlinya. Untuk semua itu saya bersyukur memiliki indo  (panggilan ibu dalam bahasa Bugis) yang sangat mendukung saya belajar, sampai-sampai memaksa saya belajar, bahkan saya dipaksa masuk ke ponpes demi belajar ngaji. Saya sempat nangis dan mengurung diri di kamar karena tidak mau masuk pesantren. Tapi indo tetap kekeh memaksa saya karena waktu itu indo maunya saya jadi seorang qari'ah, tapi akhirnya gagal karena tidak ada modal suara. Heheh... Alhamdulillah meski pun sekarang saya tidak bisa menjadi qariah indo tak masalah yang penting saya sudah bisa ngaji. Itu sudah lebih dari cukup.


"Ah, maafkan anakmu ini Bunda yang tak bisa mewujudkan mimpimu dan terima kasih telah memaksaku untuk terus belajar. Hingga rasa keterpakasaan itu menjadi rasa cinta."


Tolitoli, 08 Februari 2022

Rabu, 02 Februari 2022

Apa itu Writer's Block?

Writer's Block


Resume ke-8

Pertemuan kali ini saya sedikit kurang semangat. Padahal perjalanannya masih panjang masih tersisa lebih kurang 22 pertemuan. Ini dikarenakan rancangan tulisan yang saya buat berantakan dan bingung mau menulis apa untuk melanjutakan tulisan. Leptop menyala, kertas, dan buku-buku pun berserakan. Beberapa kalimat yang saya tulis di kertas sepertinya tidak ada yang pas. Ingin berselancar di dunia maya mencari referensi, tapi jaringan tidak bersahabat. Jadilah kepala saya terasa mau pecah dan perut ini pun langsung terasa lapar, ingin makan yang manis-manis, tapi tak ada kecuali gula pasir. Hehehe

Saya tidak menyerah begitu saja dengan keadaan. Saya terus menggoreskan tinta pena saya meski arah tulisan itu tak jelas. Namun, semakin dipaksakan otok ini untuk berpikir bahkan semakin tidak bisa menulis apa pun. Pada akhirnya saya berhenti sejenak sambil merebahkan tubuh ini, mencari posisi yang nyaman.

Sepertinya saya terserang Writer's Block. 


Apa itu writer's block?

Materi pada pertemuan yang ketujuh ini tentang Writer's Block yang akan dipaparkan oleh ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr dan ditemani oleh ibu Widya Setianingsih sebagai moderator.

Selanjutnya, ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr memaparkan bahwa writer's block adalah istilah yang dipopulerkan pertama kali oleh psikoanalisis Edmund Bergler.

Writer's block adalah keadaan dimana kita merasa blank atau stuck saat sedang menulis. Writer's Block bisa menyerang siapa saja Baik itu penulis pemula maupun profesional. Penulis cerpen maupun puisi. Penulis artikel maupun jurnal ilmiah. Muda maupun yang tak lagi muda. Intinya jika dia seorang penulis pastilah pernah atau akan mengalami hal ini. Kenapa demikian?  Karena writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis.

Sebenarnya writer's block dapat diidentifikasi dengan melihat tanda-tandanya. Jika kita merasa sulit fokus, tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari biasanya, atau merasa stres dan frustasi untuk menulis, itu merupakan tanda-tanda kita terserang WB. Jika ada tanda-tanda itu muncul sebaiknya tidak membiarkannya sampai berlarut-larut karena itu akan membuat tulisan kita tidak akan selesai.

Berapa lama writer's block  bisa terjadi?

Tergantung, artinya setiap orang akan berbeda. Tergantung seberapa cepat seorang penulis mampu mengatasi kondisi writer's block  tersebut.

Nah, bagaimana mengatasi writer's block?

Untuk mengatasi writer's block langkah awal yaitu mengetahui penyebab terjadinya writer's block. Ada beberapa hal yang menyebabkan writer's block bisa terjadi di antaranya :

1. Mencoba metode/topik baru dalam menulis

2. Stress

3. Lelah fisik/mental

4. Terlaku perfeksionis


Setelah mengetahui penyebabnya barulah kita bisa mencari solusinya.

1. Jika writer's block terjadi karena kita sedang mencoba metode/topik baru dalam menulis, maka teruslah berlatih dan belajar. 

2. Jika Stress, maka istirahatlah sejenak. Kalau saya biasanya refreshing, pergi ke pantai, membaca, nonton, atau makan yang manis-manis seperti coklat. Pokoknya melakukan hal-hal yang menghilangkan stress.

3. Jika itu karena lelah fisik/mental, maka tak ada jalan lain selain istirahat karena tubuh kita bukan robot.

4. Terlaku perfeksionis, menjadi perfeksionis itu boleh, namun terlalu perfeksionis itu bahaya. Maka biarkan tulisan itu mengalir apa adanya. Nanti setelah tulisan itu selesai, barulah diperbaiki. 

Setelah pemaparan materi, ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr menutup dengan pesan yang luar biasa.

"Kita harus banyak bersyukur ditakdirkan masuk menjadi anggota kelas menulis ini. 

Semuanya bukanlah kebetulan semata. 

Tapi ada visi dari Allah yang di amanahkan pada kita. 

So, jangan jadikan halangan sebagai sebab putusnya visi kita. 

Kata-kata penyemangat yg saya dapat dari bedah buku kemarin malam. 

Niatkan kuat-kuat dalam hati. 

Aku ingin menulis 1000 buku, dalam waktu 1000 tahun, meskipun 1000 rintangan silih ganti menghadang"


Teruslah mengepakkan sayap-sayap indahmu membumbung tinggi ke angkasa untuk meraih bintang impianmu dan jangan biarkan apa pun menghalangi jalanmu__Marhani Kani



Tolitoli, 2 Januari 2022

Salam leterasi.

Cantik Itu Perlu, Tapi Sehat Itu Penting dengan Glazed Skin B Erl

    Siapa sih yang tidak  menginginkan kulit cantik? Tentu saja, semua orang menginginkan kulit cantik, baik itu laki-laki maupun perempuan,...